Pra Acara Jamasan Kendeng, Simbol Pelestarian Budaya

pasfmpati.com, Pati Tambakromo ; Menjelang ritual sakral jamasan yang rutin dilaksanakan pada bulan Suro, masyarakat jaringan Kendeng (JMBBK) menggelar berbagai persiapan sebagai bagian dari pelestarian budaya leluhur. Jamasan bukan sekadar kegiatan seremonial, namun mengandung nilai spiritual dan komitmen menjaga alam dari kerusakan.
Bambang Sutiknyo menjelaskan ritual jamasan dikenal sebagai tradisi pembersihan diri, laku, dan hati, yang secara turun-temurun dilakukan oleh masyarakat Jawa, khususnya di kawasan Kendeng. Tahun ini, pra acara jamasan dilangsungkan di kawasan Tambakromo, wilayah yang saat ini menghadapi ancaman pendirian pabrik semen.
“jamasan Kendeng tujuannya adalah untuk mengenalkan budayabudaya nenek moyang kita yang selama ini hampir hilang itu yang pertama jadi kita lestarikan karena budaya kita, kalau tidak kita yang melestarikan Siapa lagi? seperti contoh wayang kulit wayang kulit saat ini diakui oleh Malaysia yang rugi siapa, wayang kulit adalah budaya Jawa tapi ketika diakui oleh Malaysia Kenapa kita diam jadi tujuan utama adalah untuk melestarikan budaya nenek moyang yang saat ini sudah hilang itu” ujar Bambang Sutiknyo, Kamis (10/07/2025).
Persiapan dilakukan tanpa panggung besar atau perayaan mewah. Semua menyatu dengan alam, mencerminkan semangat warga Kendeng yang menjadikan alam sebagai bagian dari hidup dan budaya mereka. Lokasi acara pun berpindah-pindah tiap tahun sebagai bentuk perlawanan damai terhadap ekspansi industri yang merusak.
Tahun ini, kawasan Wukirsari dipilih sebagai lokasi utama karena berada dalam kawasan hutan dengan skema pengelolaan khusus dari program perhutanan sosial pemerintah. Program ini memberi hak kelola kepada warga selama 35 tahun untuk menjaga dan memanfaatkan hutan secara lestari.
JMBBK juga aktif menyuarakan pentingnya Kendeng melalui kampanye lingkungan dan budaya, baik secara langsung maupun di media sosial. (Tim Liputan PPL UIN Sunan Kudus – melaporkan)