Pegunungan Kendeng di Tangan Warga

pasfmpati.com, Kota; Kawasan Pegunungan Kendeng kembali menjadi sorotan setelah fungsi ekologisnya melemah akibat kerusakan hutan yang berkepanjangan pada musim kemarau. Kondisi tersebut membuat debit air menurun drastis hingga mengancam kebutuhan masyarakat di wilayah hilir setiap hari.
Melihat ancaman ini, warga bersama berbagai komunitas lingkungan memilih terjun langsung melakukan penanaman pohon lintas desa tanpa menunggu bantuan besar. Mereka menargetkan penghijauan untuk memulihkan resapan air tanah dan meminimalkan risiko banjir musiman yang kerap datang tiba-tiba pada saat hujan turun.
Tamadi, aktivis pegiat lingkungan, menyampaikan bahwa gerakan ini bermula dari keprihatinan masyarakat setelah banjir besar Sinomidodo menghancurkan banyak lahan produktif.
“Sejak saat itu kami sepakat, kalau tidak kita yang menghijaukan Kendeng, lalu siapa yang akan menyelamatkan tanah kelahiran kita sendiri,” ungkapnya di tengah kegiatan penanaman bibit.
Hasil gerakan ini mulai tampak nyata karena lebih dari 80 persen bibit yang ditanam tumbuh sehat dan memberi nilai ekonomi bagi warga yang merawatnya.
Beberapa titik lereng kini mulai tertutup tanaman buah dan tanaman keras yang ke depan diproyeksikan menjadi sumber pendapatan legal dan berkelanjutan.
“Pemerintah daerah, TNI, Polri, dan Perhutani turut menyelaraskan program agar penghijauan tidak hanya menjadi gerakan sporadis, tapi sistematis dan terstruktur.
Skema pelaporan terbuka serta donasi publik memastikan setiap dana untuk pembelian bibit tercatat dengan jelas dan disalurkan tepat sasaran,” tutur Tamadi.
Kini, gerakan pelestarian Pegunungan Kendeng bukan sekadar aksi lingkungan, tetapi simbol kolaborasi sosial untuk menjaga masa depan masyarakat pedesaan.
Kesuksesannya sangat bergantung pada keberlanjutan partisipasi seluruh elemen agar generasi mendatang mewarisi tanah yang subur, air yang cukup, dan kehidupan yang aman.(*)